Marhaban
Ya Ramadhan...
Kita sering menerima sebuah SMS melalui HP dari saudara atau kerabat. Isinya tentang ajakan menyambut gembira dengan datangnya bulan Ramadhan. Adakalanya sebuah permintaan maaf, doa, atau lainnya. Baik karena kemuliaan hatinya atau sekedar menghabiskan SMS gratisnya daripada mubazir tidak dihabiskan. Namun yang terpenting dapat mengingatkan kepada kita untuk segera mempersiapkan diri dengan hadirnya Bulan Suci Ramahan yang penuh kemuliaan.
JIKa RaMadHaN aDalAh leNteRa kuIngIn mEmBuKa
taBirNya dEnGaN maAf aGar ia mEneMbUs jEnDeLa fiTri dArI tiAp hElaI
kHilAf.MohOn mAaf lAhiR bAthIn,Met mEnJalaNkaN iBaDaH pUaSa.(Dinda sekeluarga)
Jikalau kami pny salah & dosa, sudilah kirax mmaafkn & mngampuni kami,hingga kami sambut ramadhan dgn cinta & bebas dr dosa pd ssama.(Kanda sekeluarga)
Ktka snja SY'BAN mlai b'lalu n FAJAR RAMADHANpun mlai m'jlng dr jauh iznkan tngn in b'simpuh maaf u/ lisn yg prnh mnoreh luka,jnji yg t'abai, hati yg brprasn9ka, dan skp yg prnh mnykitkan.Mhn M'f LAHIR BATIN ats sgla slh ku, s'lmt mmski BULAN SUCI RAMADHAN smga amal ibdh Qt d ridohi 4JJI swt...amin.. (Sahabatmu)
Marhaban syahru ramadhan.Met menunaikn ibadah puasa.Mohon maaf ats kekilafan & ksalahan. Dgn memperbyk istigfar & sholawat,mdh2an qta meraih kmenangan. (Keponakan di Jakarta).
Marhaban Ya Ramadhan Tiada kata seindah zikir,tiada bulan seindah bulan Ramadhan, ijinkan ke 2 tangan besimpuh maaf,untuk lisan yg tak terjaga,janji yg terabaikan,hati yg pernah menyakitkan. Menjelang bulan suci ramadhan, mohon maaf lahir & batin (Sahabat lama di Bandung)
Mata kadang salah melihat,mulut kadang salah berucap,hati kadang salah menduga.Selamat menunaikan ibadah puasa,mohon maaf lahir & bathin.... (Suci sklrga)
Khutbah Rasulullah dalam menyambut bulan Ramadhan.
Wahai manusia!
Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah
rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah.
Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah
malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang
paling utama.
Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan
oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah,
amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah
Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah
membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya.
Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang
agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat.
Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu,
sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga
lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya
dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya.
Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu.
Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu
untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling
utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan
penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut
mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika
mereka berdoa kepada-Nya.
Kebiasaan Rasulullah
Memasuki bulan Sya’ban, Rasul SAW meningkatkan kuantitas dan kualitas
ibadah puasa, qiyamul lail, zikir dan amal salehnya. Peningkatan
tersebut dikarenakan semakin dekatnya bulan Ramadhan yang akan menjadi
puncak aktifitas kesalehan dan spiritualitas seorang Muslim.
Jika biasanya dalam sebulan Rasul SAW berpuasa rata-rata 11 hari, maka di bulan Sya’ban ini beliau berpuasa hampir sebulan penuh. Dikisahkan oleh Aisyah RA bahwasanya, “Rasulullah banyak berpuasa (di bulan Sya’ban) sehingga kita mengatakan, beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam riwayat Usama bin Zayed RA dikatakan, “Aku bertanya kepada Rasul, ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Sya’ban?’ Beliau menjawab, ‘Sya’ban adalah bulan yang dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal manusia diangkat (ke langit) oleh Allah SWT dan aku menyukai pada saat amal diangkat aku dalam keadaan berpuasa’.” (HR. An-Nasa’i).
Sya’ban adalah bulan penutup rangkaian puasa sunah bagi Rasulullah SAW sebelum berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Jika Rasul telah mempersiapkan penyambutan Ramadhan dengan berpuasa minimal 11 hari di luar Sya’ban dan 20-an hari di bulan Sya’ban, berarti untuk menyambut Ramadhan Rasulullah SAW telah berpuasa paling sedikitnya 130 hari atau sepertiga lebih dari jumlah hari dalam setahun.
Jika biasanya dalam sebulan Rasul SAW berpuasa rata-rata 11 hari, maka di bulan Sya’ban ini beliau berpuasa hampir sebulan penuh. Dikisahkan oleh Aisyah RA bahwasanya, “Rasulullah banyak berpuasa (di bulan Sya’ban) sehingga kita mengatakan, beliau tidak pernah berbuka dan aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah banyak berpuasa (di luar Ramadhan) melebihi Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam riwayat Usama bin Zayed RA dikatakan, “Aku bertanya kepada Rasul, ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak melihatmu banyak berpuasa seperti di bulan Sya’ban?’ Beliau menjawab, ‘Sya’ban adalah bulan yang dilupakan manusia, letaknya antara Rajab dan Ramadhan. Di bulan tersebut amal manusia diangkat (ke langit) oleh Allah SWT dan aku menyukai pada saat amal diangkat aku dalam keadaan berpuasa’.” (HR. An-Nasa’i).
Sya’ban adalah bulan penutup rangkaian puasa sunah bagi Rasulullah SAW sebelum berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Jika Rasul telah mempersiapkan penyambutan Ramadhan dengan berpuasa minimal 11 hari di luar Sya’ban dan 20-an hari di bulan Sya’ban, berarti untuk menyambut Ramadhan Rasulullah SAW telah berpuasa paling sedikitnya 130 hari atau sepertiga lebih dari jumlah hari dalam setahun.
"SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADHAN"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar