Tulisan

  • Kepala Sekolah SDN Pesantren 2014-Sekarang
  • Drumband
  • Paduan Suara
  • Pianika

Rabu, 15 Juni 2016

Kerugian Berpacaran

Kerugian orang yang suka berpacaran antara lain :
1. Menghabiskan umur
Komunikasi dengan pacar mencapai waktu sekitar 5-10 jam/ hari. Sampai tidur pun masih terbawa mimpi.
2. Menghambat kerja otak. 
Berdasarkan analisa psikologi berpikir, satu obyek apalagi obyek pacar, akan membuat otak sempit dan dangkal. Hampir semua sisi otaknya dipenuhi dengan sosok pacar mulai dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. Anak cerdas biasanya tidak suka berpacaran. Dengan cepat ia akan menyadari keburukan berpacaran.
3. Membuat peluang berbohong
Demi si doi senang, apa pun itu, lebih baik berbohong.
4. Menghabiskan uang
Pengeluarkan uang lebih dari porsi yang wajar, uang bensin, uang pulsa, uang sekolah dll.
5. menghambat cita- cita
Cita-cita didapat dari suatu imajinasi yang ada dalam pikiran manusia, jika pikiran kita selalu  berimajinasi kepada pacar, tentu akan menghambat imajinasi kepada cita-cita. Bahkan cita-cita diabaikan.
6. Berpeluang memunculkan fitnah
Meresahkan orang tua, keluarga dan masyarakat.
7. Mengulur pernikahan
Pernikahan sebagai hal yang suci dan mendapat ridlo Tuhan justru tidak terpikirkan. Lebih suka berpacaran meskipun bergumul dengan dosa besar.
8. Menimbulkan efek sakit hati
Terkadang membuat keputusan yang tidak masuk akal. Akan memilih pacar yang lebih gila bahkan bunuh diri.
9. Memunculkan mantan pacar
Mantan Pacar ini berbahaya, karena bisa main hati setelah sudah beristri/ bersuami kelak. Kesucian pernikahan menjadi rusak berantakan tanpa merasa berdosa.
10.Membuka peluang menambah aib keluarga
Mencari tempat sepi berduaan atau bertiga dengan setan. Maka dengan mudah setan menghancurkan akhlak manusia pada tahap berikutnya. Mata dagangan setan yang ke-dua. Bila ia gagal menawarkan kekufuran pada manusia, akan disuguhkan kepadanya kemolekan wanita.
11.Meyesatkan diri
Norma agama ditinggalkan. Norma masyarakat diabaikan. Nasihat tak dihiraukan. Senang tak seberapa. Orang lain menanggung kesulitannya.
12.Menambah dosa
Muslim dan muslimah sangat terlarang untuk berpacaran, karena dapat menimbulkan nafsu birahi yang akan menimbulkan dosa-dosa besar. Perzinaan, hamil sebelum nikah, aborsi, pembunuhan dll.

Hasil survey menunjukkan:
95% remaja sukses dikarenakan lebih fokus kepada karier dan masa depan.
80% keluarga tidak bahagia jika menikah dengan pacarnya sendiri.

Berpacaran itu jalan setan yang menyesatkan. Anak yang semula baik setelah berpecaran bisa berubah total. Hati-hatilah dalam hidup. Pilihlah nikah daripada berpacaran. Meskipun secara ekonomi belum siap. Nikah mengutamakan kesucian, berpacaran mengutamakan sahwat. Jangan terjerumus ke neraka hanya gara-gara berpacaran.

Semoga bermanfaat.

Minggu, 12 Juni 2016

Mengenal Bahasa Negara Tetangga



Sumber :  https://plus.google.com/u/0/

Anekdot Siswa SD

Kisah-kisah lucu siswa SD dalam pembelajaran maupun evaluasi. Terkadang guru tertawa terpingkal-pingkal sendiri bila menjumpai kejadian tidak biasa (nyeleneh) yang dilakukan siswanya. Namun demikian ada kesan sendiri yang didapat guru dalam pembelajaran. Setidaknya sebagai bahan intropeksi guru mengapa yang demikian terjadi.

1. Ani  : "Pukul........................ kamu tidur?"
    Ina   :  "Aku tidur pukul sembilan."
    Kata tanya yang tepat untuk melengkapi kalimat tanya di atas adalah....... (Allah)
    [kunci jawaban 'berapa']
    Komentar :
    Sikap parsial siswa kelas 1 terkadang tidak mempedulikan rangkaian soal yang
    dipaparkan. Tidaklah salah kalau yang ada di atas adalah Allah.

2. Irma suka menghamburkan uang, Irma anak yang.....(sombong)
    [kunci jawaban 'boros']
    Komentar :
    Minimnya kosa kata siswa kelas 1 memungkinkan salah analisa. Tidaklah salah kalau
    punya uang lalu disebar atau dibuang, tentu anak yang sombong. Bila kata 
    menghamburkan diganti dengan membelanjakan uang secara berlebihan
    mungkin lebih dipahami. Atau justru dijawab 'kaya'.

3. Tunggu info berikutnya.





Jumat, 10 Juni 2016

Hukum Berzina


Q.S An-Nuur 24: Ayat 2

 الزانية والزاني فاجلدوا كل واحد منهما مئة جلدة ولا تأخذكم بهما رأفة في دين الله إن كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر وليشهد عذابهما طائفة من المؤمنين
Artinya:
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.

Mana Lebih Dulu?

Daya Nalar

Telur dan Ayam 
Mana yang lebih dulu?  Tergantung maksud penanya.
1.  Kalau maksudnya yang diucapkan dulu itu apa? Jawabnya ya telur. Demikian sebaliknya ayam dan telur. Mana yang dulu? Jawabnya ya ayam.
2.  Kalau di meja makan ada telur dan ayam matang. Jawabnya ya apa yang sedang dimakan.
3.  Kalau secara nalar.
Telur bisa menetas menjadi ayam bila ada pembuahan dari dua jenis sel jantan dan betina. Bagaimana telur bisa  menetas tanpa dua sel itu. Maka harus ada jago dan induk ayam dulu baru ada telur yang bisa menetas.
Bagaimana menurut Anda? Beri komentar ya!

Peraturan dan Pelanggaran
Mana yang lebih dulu?  Tergantung maksud penanya.
1. Kalau maksudnya yang diucapkan dulu itu apa? Jawabnya ya Peraturan. Demikian sebaliknya pelanggaran dan peraturan. Mana yang dulu? Jawabnya ya pelanggaran.
2.   Kalau secara nalar
Orang dianggap melakukan pelanggaran bila ada peraturan. Bagaimana orang dianggap melanggar kalau tidak ada aturan. Maka peraturan ada lebih dulu. Soal ada peraturan namun tidak ada pelanggaran tidak masalah. Kan peraturan dibuat setelah ada pelanggaran. Sekali lagi tidak ada pelanggaran kalau tidak ada peraturan. Topiknya pelanggaran dan peraturan. Memang kalau tidak ada peraturan mungkin banyak kecelakaan, musibah, kejahatan dll. Orang tidak mungkin membuat peraturan kalau tidak ada yang demikian. Karena sering terjadi kecelakaan maka orang membuat peraturan. Penyebab kecelakaan sebelum ada peraturan bukan pelanggaran.
Bagaimana menurut Anda? Beri komentar ya!

Kambing dan Rumput 
Mana yang lebih dulu?  Tergantung maksud penanya.
1. Kalau maksudnya yang diucapkan dulu itu apa? Jawabnya ya kambing. Demikian sebaliknya rumput dan kambing. Mana yang dulu? Jawabnya ya rumput.
2. Kalau secara nalar
Rumput dulu. Ada kambing atau tidak, rumput tetap tumbuh. Kambing tanpa rumput mungkin akan minum air, makan tanah, dan batu sambil menunggu tumbuhnya rerumputan.
Bagaimana menurut Anda? Beri komentar ya!

Guru dan Murid

Bagaimana menurut Anda? Beri komentar ya!


.

Selasa, 07 Juni 2016

Ramadhan dan 'Setan' Televisi

Pertanyaan :
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Perkenankan saya mengadukan masalah gangguan 'setan' bulan Ramadhan yang sangat dahsyat, yaitu tayangan televisi di bulan Ramadhan.

Bagaimana tanggapan ustadz terkait dengan setan yang satu ini. Rasanya kok menggangu sekali. Anak-anak bukannya pada ibadah, tetapi malah asyik di depan televisi. Bahkan para orang tua dan masyarakat umum pun sama-sama jadi korban televisi di bulan suci ini.

Mohon tanggapan ustadz dalam masalah yang satu ini, terima kasih

Wassalam
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebenarnya yang mengeluhkan masalah ini sangat banyak. Anda adalah salah satu dari jutaan umat Islam di negeri ini yang jadi korban televisi. Tepanya korban buruknya konten yang ditayangkan oleh sekian stasiun televisi. Sebab televisi sebagai sebuah teknologi tentu bebas nilai. Televisi baru menjadi positif atau negatif tergantung apa konten yang terdapat di dalamnya.

Sayangnya justru konten televisi kita ini yang sakit parah. Berbagai tayangan kurang berkualitas nyaris memenuhi semua lini dan jam tayang. Sehingga sampai ada gerakan matikan televisi atau malah membuang televisi, saking kesalnya dengan parade konten sampah yang tidak bermanfaat.

Kualitas konten di televisi kita di bulan Ramadhan memang masih jauh dari sehat. Bahkan sebenarnya secara umum baik di Ramadhan ataupun di luar Ramadhan sama saja, yaitu sama-sama tidak sehat.

Lomba Busana
Kalau pun ada yang berbeda antara tayangan di luar Ramadhan, yang membedakannya paling jauh cuma kostum dan setingnya saja. Masuk Ramadhan, kostum pelawak TV dan artisnya rada beda, mereka ramai-ramai berkostum keislaman.

Sayangnya, dari sisi materi yang mereka bawakan, nyaris sama rusaknya dibandingkan hari-hari biasa. Bahkan malah lebih terasa rusak, lantaran semua dilakukan di bulan suci dan mulia.

Televisi RAmadhan dari tahun ke tahun tidak pernah lupa menampilkan gaya berbusana para presenter acara maupun narasumber. Para perancang mode rupanya habis-habisan mengerahkan keahlian mereka untuk menghasilkan busana-busana seperti itu. Sebenarnya tidak lain sekedar dagangan milik
perancang mode tertentu ataupun toko busana (butik).

Alasannya terkesan basi. Mereka bilang bahwa Islam pun bisa tampil keren, tidak kumuh sebagaimana terkesan selama ini. Padahal intinya tidak lebih dari penawarkan barang mumpung Ramadhan. 


Tetap Setia Dengan Gosip Artis
Aqidah dasar stasiun televisi kita adalah tayangan gosip artis. Menu ini ibarat rukun iman yang enam, kalau sampai acara gosip arits tidak ada, maka gugurlah 'keimanannya'.

Masuk bulan Ramadhan, tayangan gosip artis tetap jaya. Dan hebatnya, acara ini nyaris tidak berubah kontennya, kecuali pembawa acaranya pakai jilbab. Isinya tetap gosip yang makin digosok makin sip.

Padahal Ramadhan itu seharusnya kita puasa juga dari berghibah dan ngomongin kejelekan orang, apalagi mengumbar 'aib orang lain. Setidaknya biar pahala puasa kita tidak hilang dan musnah sia-sia begitu saja.

Lawakan Tidak Bermutu
Televisi kita memang dijejali dengan beragam konten lawakan yang sebenarnya sama sekali tidak lucu. Dan lebih sering teknisnya dalam bentuk mengumbar cacian, hinaan, makian, bahkan pelecehan serta penodaan kepada orang lain. Dan masuk bulan Ramadhan, konten-konten semacam itu ternyata masih saja setia ditampilkan.

Seakan-akan ada keyakinan dari pemilik stasiun televisi, bahwa bisnis mereka akan langsung bubar karena tidak ada penontonnya bila menampilkan hal-hal yang lebih santun dan bermoral.

Yang jadi korbannya tentu saja masyarakat awam. Mereka tidak punya pilihan lain kecuali menonton tayangan sampah yang tidak ada manfaatnya.

Banci Televisi
Di bulan Ramadhan yang suci dan mulia ini, yang berkostum banci laknatullah juga masih tampil biasa saja di televisi. Mereka tetap setia memerankan wanita padahal dia laki-laki atau sebaliknya. Ramadhan tidak Ramadhan, masih setia dan rajin melanggar syariat.

Lucunya, yang nonton pun ikut tertawa-tawa seolah meridhai kemungkaran itu sendiri. Parahnya ada pemikiran bahwa kalau jadi banci pura-pura atau sekedar akting, hukumnya boleh. Yang tidak boleh itu kalau jadi banci beneran.

Padahal yang diharamkan dalam syariat justru penampilannya itu sendiri. Mau pura-pura atau mau beneran, asalkan tampil dengan penampilan lawan jenis, meski hanya pada cara bicara, atau gerak-gerik, sama saja, sama-sama dilaknat Allah. Dan tentu saja jadi banci beneran, dalam arti melakukan operasi ganti kelamin, tentu haram dan kena laknat juga.

Anehnya, banc-banci televisi tetap jaya di bulan Ramadhan, tanpa ada yang berusaha meluruskannya. Malah ustadznya ikut tampil bersama para banci dan membiar saja. Malah ikut-ikutan tertawa-tawa bersama pada banci televisi itu. Naudzu billah min dzalik.

Hilangnya Kesempatan Ibadah Ramadhan


Tetapi lepas dari semua kejelekan tayangan konten televisi di bulan Ramadhan, yang paling parah buat umat adalah hilangnya kesempatan untuk mengisi bulan Ramadhan dengan menambah ibadah berganti dengan menonton acara yang tidak mendatankan kebaikan.

Coba lihat jam tayangnya, malam-malam bulan Ramadhan yang seharusnya sangat berharga untuk kita khusyu bertarawih, qiyamullail, bertilawah dan mendekatkan diri kepada Allah, malah diisi dengan hura-hura secara live alias siaran langsung.

Lucunya, pada jam-jam yang seharusnya orang khusyu beribadah itu, acara live itu menampilkan juga para ustadz. Jelas sekali para ustadz ini pun ikutan juga tidak shalat tarawih di acara itu. Bukan cuma sesekali, tetapi tiap malam terus tampil dalam acara hura-hura. Aneh bin ajaib tetapi itulah yang terjadi.

Intinya, semua tayangan Ramadhan itu malah membuat umat Islam lebih khusyu' beri'tikaf di depan layar kaca ketimbang di masjid. Umat ini jadi lebih rajin tadarus televisi ketimbang tadarus Al-Quran. Baca Quran baru dapat setengah halaman, langsung terserang rasa kantung maha hebat. Ajaibnya, begitu pegang remote televisi, semua rasa kantuk itu pun langsung hilang.

Ceramah Agama
Acara ceramah agama di bulan Ramadhan memang lebih banyak tampil. Tiap stasiun televisi seakan berlomba menampikan ceramah agama, baik menjelang buka atau pun saat sahur dinihari.

Sayangnya, yang sesungguhnya terjadi sekedar menambah jam tayang dan koleksi ustadz saja. Bagaimana dengan kualitas materi dan derajat ilmu yang disampaikan?

Sayang sekali masih jauh dari yang ideal. Karena meski bertabur dengan ustadz di bulan Ramadhan, tetapi secara esensi dan kualitas materi yang disampaikan, rasanya masih sama saja. Itu-itu juga dan tidak menambah ilmu.

Kenapa?

Sebab lebih banyak lawaknya ketimbang ilmunya. Entah apa benar atau tidak, tetapi ada kesan makin lucu ustadznya makin sering tampilnya. Kadang ustadznya lebih lucu dari pelawaknya.

Belum lagi kajian itu malah dijejali dengan beragam kuis tidak berkualitas plus tent saja beragam hadiah. Kuisnya tidak berkualias, karena tidak terkait dengan ilmu. Jadi intinya balik lagi, kuis dan hadiah tidak lebih sekedar pesan dagangan dari para sponsor yang membiayai acara ceramah tersebut. Rupanya 1001 akal digunakan, ceramah pun tetap disisipkan ritual dagang.

Alternatif
Alternatif yang paling mudah, jangan nyalakan televisi di bulan Ramadhan. Setidaknya, harus ketat dalam penggunaannya dan selektif. Kalau kontennya tidak bermanfaat, kenapa harus ditonton?

Alternatif lain, ganti channel jangan tonton tayangan lokal, pindah ke siaran langsung dari Masjid Al-Haram Mekkah atau Madinah. Kita lihat bagaimana semangat orang-orang bertarawih di dua masjid itu. Sayangnya, saat tarawih disana, kita sudah lewat jam 24 dini hari. Waktunya istirahat seharusnya.


Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc., MA




Sumber:  rumahfiqih.com

Tidurnya Orang Berpuasa

Pertanyaan :
Saya pernah mendengar orang berkata bahwa tidurnya orang berpuasa itu adalah ibadah. Tapi sampai saat ini saya tidak tahu, benarkah hal itu? Kalau memang benar, apakah itu merupakan hadits nabi atau bukan? Dan kalau memang hadits nabi, riwayatnya serta statusnya bagaimana?
Terima kasih atas jawabannya ustadz
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ungkapan seperti yang anda sampaikan, yaitu tidurnya orang berpuasa merupakan ibadah memang sudah seringkali kita dengar, baik di pengajian atau pun di berbagai kesempatan. Dan paling sering kita dengar di bulan Ramadhan.
Di antara lafadznya yang paling populer adalah demikian:
Tidurnya orang puasa merupakan ibadah, diamnya merupakan tasbih, amalnya dilipat-gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni.
Meski di dalam kandungan hadits ini ada beberapa hal yang sesuai dengan hadits-hadits yang shahih, seperti masalah dosa yang diampuni serta pahala yang dilipat-gandakan, namun khusus lafadz ini, para ulama sepakat mengatakan status kepalsuannya.
Adalah Al-Imam Al-Baihaqi yang menuliskan lafadz itu di dalam kitabnya, Asy-Syu'ab Al-Iman. Lalu dinukil oleh As-Suyuti di dalam kitabnya, Al-Jamiush-Shaghir, seraya menyebutkan bahwa status hadits ini dhaif (lemah).
Namun status dhaif yang diberikan oleh As-Suyuti justru dikritik oleh para muhaddits yang lain. Menurut kebanyakan mereka, status hadits ini bukan hanya dhaif teteapi sudah sampai derajat hadits maudhu' (palsu).
Hadits Palsu
Al-Imam Al-Baihaqi telah menyebutkan bahwa ungkapan ini bukan merupakan hadits nabawi.Karena di dalam jalur periwayatan hadits itu terdapat perawi yang bernama Sulaiman bin Amr An-Nakhahi, yang kedudukannya adalah pemalsu hadits.
Hal senada disampaikan oleh Al-Iraqi, yaitu bahwa Sulaiman bin Amr ini termasuk ke dalam daftar para pendusta, di mana pekerjaannya adalah pemalsu hadits.
Komentar Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah juga semakin menguatkan kepalsuan hadits ini. Beliau mengatakan bahwa si Sulaiman bin Amr ini memang benar-benar seorang pemalsu hadits.
Bahkan lebih keras lagi adalah ungkapan Yahya bin Ma'in, beliau bukan hanya mengatakan bahwa Sulaiman bin Amr ini pemasu hadits, tetapi beliau menambahkan bahwa Sulaiman ini adalah "manusia paling pendusta di muka bumi ini!"
Selanjutnya, kita juga mendengar komentar Al-Imam Al-Bukhari tentang tokoh kita yang satu ini. Belaiu mengatakan bahwa Sulaiman bin Amr adalah matruk, yaitu haditsnya semi palsu lantaran dia seorang pendusta.
Saking tercelanya perawi hadits ini, sampai-sampai Yazid bin Harun mengatakan bahwa siapapun tidak halal meriwayatkan hadtis dari Sualiman bin Amr.
Iman Ibnu Hibban juga ikut mengomentari, "Sulaiman bin AmrAn-Nakha'i adalah orang Baghdad yang secara lahiriyah merupakan orang shalih, sayangnya dia memalsu hadits. Keterangan ini bisa kita dapat di dalam kitab Al-Majruhin minal muhadditsin wadhdhu'afa wal-matrukin. Juga bisa kita dapati di dalam kitab Mizanul I'tidal.
Rasanya keterangan tegas dari para ahli hadits senior tentang kepalsuan hadits ini sudah cukup lengkap, maka kita tidak perlu lagi ragu-ragu untuk segera membuang ungkapan ini dari dalil-dalil kita. Dan tidak benar bahwa tidurnya orang puasa itu merupakan ibadah.
Oleh karena itu, tindakan sebagian saudara kita untuk banyak-banyak tidur di tengah hari bulan Ramadhan dengan alasan bahwa tidur itu ibadah, jelas-jelas tidak ada dasarnya. Apalagi mengingat Rasulullah SAW pun tidak pernah mencontohkan untuk menghabiskan waktu siang hari untuk tidur.
Kalau pun ada istilah qailulah, maka prakteknya Rasulullah SAW hanya sejenak memejamkan mata. Dan yang namanya sejenak, paling-paling hanya sekitar 5 sampai 10 menit saja. Tidak berjam-jam sampai meninggalkan tugas dan pekerjaan.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc


Sumber : rumahfiqih.com