Tulisan

  • Kepala Sekolah SDN Pesantren 2014-Sekarang
  • Drumband
  • Paduan Suara
  • Pianika

Sabtu, 06 Februari 2016

Bahaya Penggunaan Kipas Angin Saat Tidur


Diantara pembaca barangkali sudah ada yang pernah mendengar syndrome Bell’s Palsy. Ini adalah syndrome (gangguan) yang terjadi pada otot-otot wajah, yang bisa diketahui secara langsung melalui pengamatan. Yang paling umum adalah ekspresi wajah yang asimetris. Sisi wajah kanan atau kiri, keduanya memiliki potensi yang sama.

Tanda-tandanya adalah: Wajah tidak simetris, mata berair, kesulitan mengunyah makanan, mati rasa pada lidah, air liur yang sering menetes, rasa bebal dan beberapa tanda-tanda yang menyertainya.
Bell’s Palsy atau lebih dikenal dengan kelumpuhan sebagian otot wajah (wajah merot) bukanlah penyakit turunan. Gangguan ini disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya, ia bisa terjadi pada penderita stroke, infeksi, benturan (kecelakaan) pada kepala, udara dingin dan lain sebagainya. Secara pasti, gangguan ini tidak dapat diprediksi penyebab utamanya. Namun, faktor pendukungnya dapat diketahui sebagaimana yang disebutkan diatas. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, dan yang paling sering antara usia 20-50 tahun.
Diantara faktor penyebab Bell’s Palsy adalah penggunaan kipas angin yang berlebihan disaat tidur. Yah, penggunaan kipas angin ini bagi kalangan tertentu merupakan kebiasaan yang sulit dihindari. Lantas apa hubungannya dengan penyakit ini?
Kipas angin yang digunakan secara terus-menerus dan mengarah pada satu sisi wajah dalam waktu lama akan menyebabkan gangguan pada sistem senso-motoris pada saraf wajah tersebut. Tentunya pada sisi wajah yang terpapar oleh kipas angin. Keadaan ini bila didukung dengan kondisi kesehatan yang labil akan mempermudah saraf tersebut mengalami gangguan metabolisme darah.
Pembaca bisa membayangkan, apa yang akan terjadi bila asupan nutrisi pada saraf ini terganggu? Yup, ia akan mengalami gangguan fungsi. Sehingga, otot-otot wajah yang berada dibawah control saraf itu menjadi melemah atau bahkan lumpuh. Hal ini pernah terjadi pada seorang mahasiswi perguruan tinggi swasta di Jawa Tengah. Jadi memang betul, Bell’s Palsy tidak hanya bisa menyerang pada penderita stroke, bahkan anak muda pun bisa mengalaminya.
Gambar penderita Bell's PalsyBell’s Palsy membutuhkan waktu yang cukup lama untuk recovery, biasanya 3-6 bulan. Tergantung pada faktor pencetus dan berat-ringannya gangguan. Pasien ini umumnya dilakukan terapy berupa pemijatan pada wajah dan stimulasi elektrik. Sebaiknya, bila ada kerabat kita yang mengalami gangguan ini, segera hubungi tenaga medis yang professional dalam menangani masalah ini. Dan yang perlu diketahui, terapy gangguan ini tidak banyak dipengaruhi oleh penggunaan obat. Akan tetapi, tergantung pada pemijatan wajah dan latihan-latihan gerakan otot-otot wajah. Kalau sudah terjadi seperti ini, sebaiknya penggunaan kipas angin semakin dihindari. Agar supaya tidak memperberat kondisi pasien.
Nah, pembaca, walaupun syndrome ini jarang terjadi, tapi penyakit yang satu ini sangat mempengaruhi percaya diri. Diantara mereka ada yang harus mengambil cuti kerja atau kuliah. Bahkan, ada juga yang selalu mengurung diri dirumah. Wah, cukup lama pastinya, dan pasti mengganggu aktivitas kita diluar rumah. Alangkah bagusnya pepatah, “Mencegah lebih baik dari pada mengobati.”